Menu

Jumat, 23 Desember 2016

tentang blog pengembangan akhlak

Blog ini dibangun oleh penulis bekerja sama dengan teman-teman yang mengikuti mata kuliah yang sama dan jam yng sama dengan tujuan yang sama yakni untuk membantu teman-teman yang mencari referensi materi pembelajaran dengan menyediakan bahan-bahan materi yang sekiranya dapat membantu teman-teman dalam proses belajar maupun mengajar.
semoga dapat membantu, terima kasih.

Sabtu, 17 Desember 2016

PROFIL

Di saat hari mulai senja, disaat orang-orang bergegas ke suatu tempat berkumandangkannya adzan hendak menunaikan kewajibannya sebagai hamba yang taat kepada penciptanya, telah lahir seorang insan yang ditakdirnya secara resmi untuk menghadapi dunia yang fana' ini bertepatan pada hari Jum'at tanggal 22 di bulan ke-11 pada tahun 1996. Dikodratkan untuk mengemban nama Hafidh Norenda saya memulai langkah dalam bertahan dari kerasnya dunia dari pinggiran desa. hidup ditempat yang memiliki hamparan sawah dan perkebunan membuat saya akrab dengan alam. Ya, itulah sekelumit ocehan tentang asal usul saya yang selalu menghabiskan hari-hari yang riang bersama teman-teman

Nama : Hafidh Norenda
TTL : 22 November 1996
alamat : Ds. Karangasem kec. Petarukan kab. Pemalang
Hobi : mengukur dan mengawasi kasur ditemani laptop, smartphone, audio device, keluarga kabel, dan joystick or whatever you tell it. ngapain aja? dari hanya ngutak ngatik device, nonton film, gaming ataupun cuma tidur-tiduran ngimpiin punya studio berPC spek dewa, gaming gear monster, audio device professional sampai moge-moge prestigious macam sultan-sultan raja minyak.
Begitulah semua tentang saya semoga blog ini dapat bermanfaat

Minggu, 27 November 2016

Iman kepada Qadha dan Qadar

Pengertian Iman kepada Qada dan Qadar
Iman kepada qada dan qadar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini dikuasai oleh suatu hukum yang pasti dan tetap yang tidak tunduk kepada kemauan manusia. Sesuatu itu meliputi semua kejadian yang menimpa seluruh makhluk hidup, termasuk manusia dan benda-benda yang ada di alam semesta. Kejadian itu berupa hidup atau mati, baik atau buruk, dan kemunculan atau kemusnahan.
Berikut ini akan diuraikan pengertian qada, qadar, dan hubungan antara keduanya.
1. Qada
Qada mempunyai beberapa arti. Beberapa arti tersebut dapat dilihat dalam ayat-ayat Al-Quran berikut ini.
a. Qada yang berarti hukum atau keputusan terdapat pada Surah an-Nisa' Ayat 65.
b. Qada yang berarti mewujudkan atau menjadikan terdapat pada Surah Fussilat Ayat 12.
c. Qada yang berarti kehendak terdapat pada Surah Ali 'Imran Ayat 47.
d. Qada yang berarti perintah pada Surah al-Isra' Ayat 23.
2. Qadar
Qadar juga mempunyai beberapa arti yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran berikut ini.
  • Qadar yang berarti mengatur serta menentukan sesuatu menurut batas-batasannya terdapat pada Surah Fussilat Ayat 10.
  • Qadar yang berarti ukuran terdapat pada Surah ar-Ra'd Ayat 17.
  • Qadar yang berarti ketentuan dan kepastian terdapat pada Surah al-Mursalat Ayat 23.
  • Qadar yang berarti kekuasaan dan kemampuan terdapat pada Surah al-Baqarah Ayat 236.
  • Qadar yang berarti perwujudan kehendak Allah swt. terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk-bentuk dan batasan-batasan tertentu pada Surah al-Qamar Ayat 49.

3. Hubungan Qada dan Qadar
Qada dan Qadar merupakan satu kesatuan. Qada merupakan ketentuan, kehendak, dan kemauan Allah swt., Sedangkan qadar merupakan perwujudan dari kehendak itu. Qada bersifat Qadim (lebi dahulu ada), sedangkan qadar bersifat Hudus (baru).
Seorang ahli bahasa Al-Quran, Iman ar-Raqib, mengatakan bahwa Allah swt. menakdirkan segala sesuatu dengan dua macam cara, yaitu
a. Memberikan qudrah atau kekuatan;
b. Membuat ukuran dan cara-cara tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kedua istilah lebih populer dengan sebutan takdir.
Menurut ulama ahlusunah waljamaah, berdasarkan pelakunya, ada dua macam perbuatan di alam semesta ini.
  1. Perbuatan yang pertama adalah perbuatan yang dilakukan Allah swt. terhadap makhluk-Nya. Dalam hal ini, tidak ada kekuasaan dan pilihan bagi semua makhluk, kecuali menerimanya. Contohnya, turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, kehidupan, kematian, sehat, dan sakit.
  2. Perbuatan yang kedua adalah perbuatan yang dilakukan oleh semua makhluk. Semua makhluk melakukan segala perbuatan berdasarkan kehendak dan keinginan yang diberikan Allah swt. kepada mereka. Allah swt. juga memberikan kemampuan dan potensi kepada semua makhluk untuk melaksanakan dan keinginan mereka.
Sebagai orang yang beriman, kita harus mengerti segala kejadian yang menimpa diri kita. Selain disebabkan oleh perbuatan yang dikehendaki, kita juga memahami bahwa ada peristiwa yang terjadi di luar kekuasaan kita. Hal itu adalah semata-mata kekuasaan Allah swt. Dengan memahaminya, kita akan bisa berlapang dada menerima segala takdir yang datang dari Allah swt.
Syekh Muhammad Saleh al-Usaimin mengemukakan bahwa takdir itu mempunyau empat tingkatan, yaitu al-'ilmu, al-kitabah, al-masyi'ah, dan al-khalqu.
  1. Al-ilmu atau pengetahuan adalah mengimani dan meyakini bahwa Allah swt. Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, baik secara umum maupun terperinci, baik perbuatan-Nya sendiri maupun perbuatan makhluk-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi.
  2. Al-Kitabah atau penulisan adalah mengimani bahwa Allah swt. telah menuliskan segala ketetapan dalam lauh Mahfuz yang ada di sisi-Nya. Menurut bahasa, lauh berarti papan catatan dan mahfuz yang ada di sisi-Nya. Mneurut istilah, lauh identik dengan ummul-kitab (buku induk), yakni tempat pencatatan segala ketetapan atas makhluk-Nya. Dalam buku itu pula, Al-Quran disimpan sebelum diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian, istilah tersebut diberi kata sifat mahfuz yang berarti terpelihara. Dengan demikian, Lauh Mahfuz ialah tempat pencatatan ketetapan Allah swt. atas makhluk-Nya yang terpelihara disisi-Nya. Allah swt berfirman dalam Al-Quran Surah al-Hadid Ayat 22 berikut ini yang artinya "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. (Q.S. al-Hadid/57:22)
  3. Al-Masyi'ah atau kehendak adalah mengimani bahwa kehendak Allah swt. terhadap segala sesuatu yang terjadi atau tidak terjadi, baik di langit maupun di bumi. Allah swt. telah menetapkan bahwa apa yang diperbuat-Nya adalah kehendak-Nya serta apa ang diperbuat para hamba-Nya adalah dengan kehendak-Nya juga. Allah swt. berfirman dalam Al-Quran Surah at-Takwir 28-29 yang artinya "(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mengkehendaki menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat mengkehendaki (menempu jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam. (Q.S. at-Takwir/81: 28-29)
  4. Al-Khalqu atau penciptaan adalah mengimani Allah swt. sebagai penciptaan segala sesuatu serta meyakini bahwa semua yang terjadi dari perbuatan Allah swt. adalah ciptaan Allah swt. Contohnya adalah langit, bumi, manusia, hewan, dan segala sifat serta perbuatan yang dilakukan oleh hamba-Nya. Manusia harus menyadari bahwa semua perbuatan dan perkataan muncul karena adanya dua faktor, yaitu kehendak dan kemampuan. Padahal, yang menciptakan kehendak dan kemampuan manusia adalah Allah swt. Siapa yang menciptakan sebab, dialah yang menciptakan akibatnya.

Materi akhlaq (Akhlaq Tercela)




   
Akhlak Tercela
macam-macam akhlak tercela
Akhlak tercela (Akhlakul mazmumah), yaitu segala tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat, dan hal tersebut sangat di benci oleh Allah SWT.
1. Kufur
2. Riya’
3. Nifaq
4. Syirik
5. Sombong
Definisi Kufur
kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya.
1. Jenis Kufur
Kufur ada dua jenis : Kufur Besar dan Kufur Kecil
a. Kufur Besar
Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam
• Kufur Karena Mendustakan
Dalilnya adalah firman Allah.
‘Artinya : Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ?” [Al-Ankabut : 68]
• Kufur Karena Enggan dan Sombong, Padahal Membenarkan.
Dalilnya firman Allah.
“Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, ‘Tunduklah kamu kepada Adam’. Lalu mereka tunduk kecuali iblis, ia enggan dan congkak dan adalah ia termasuk orang-orang kafir” [Al-Baqarah : 34]
• Kufur Karena Ragu
Dalilnya adalah firman Allah.
“Artinya : Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia aniaya terhadap dirinya sendiri ; ia berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, niscaya akan kudapati tempat kembali yang baik” Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya, ‘Apakah engkau kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki ? Tapi aku (percaya bahwa) Dialah Allah Rabbku dan aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun” [Al-Kahfi : 35-38]
• Kufur Karena Berpaling
Dalilnya adalah firman Allah.
“Artinya : Dan orang-orang itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada mereka” [Al-Ahqaf : 3]
• Kufur Karena Nifaq
Dalilnya adalah firman Allah
“Artinya : Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara) lahirnya lalu kafir (secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti” [Al-Munafiqun : 3]
• Kufur Kecil
Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat, sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya.
“Artinya : Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir” [An-Nahl : 83]
Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggel leher sebagian yang lain” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]
Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin. Allah berfirman.
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah : 178]
Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang (berhak melakukan) qishash.
Allah berfirman
“Artinya : Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang baik (pula)” Al-Baqarah : 178]
Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas –tanpa diargukan lagi- adalah saudara seagama, berdasarkan firman Allah.
“Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” [Al-Hujurat : 9-10]
Pengertian Riya'
Riya’ merupakan mashdar dari raa-a yuraa-i yang maknanya adalah melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji. Termasuk ke dalam riya’ juga yaitu sum’ah, yakni agar orang lain mendengar apa yang kita lakukan lalu kitapun dipuji dan tenar.
Riya’ dan semua derivatnya itu merupakan akhlaq yang tercela dan merupakan sifat orang-orang munafiq. Allah berfirman:
“Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisaa’: 142)
Riya’ ini termasuk syirik ashgar namun terkadang bisa juga sampai pada derajat syirik akbar. Al-Imam Ibnul Qayyim berkata ketika memberikan perumpamaan untuk syirik ashgar: “Syirik ashgar itu seumpama riya’ yang ringan.”
Perkataan beliau ini mengindikasikan bahwa ada riya’ yang berat yang bisa sampai pada derajat syirik akbar, wallahu a’lam.
Suatu ibadah yang tercampuri oleh riya’, maka tidak lepas dari tiga 3 keadaan:
1. Yang menjadi motivator dilakukannya ibadah tersebut sejak awal adalah memang riya’ seperti misalnya seorang yang melakukan sholat agar manusia melihatnya sehingga disebut sebagai orang yang shalih dan rajin beribadah. Dia sama sekali tidak mengharapkan pahala dari Allah. Yang seperti ini jelas merupakan syirik dan ibadahnya batal.
2.Riya tersebut muncul di tengah pelaksanaan ibadah. Yakni yang menjadi motivator awal sebenarnya mengharapkan pahala dari Allah namun kemudian di tengah jalan terbersit lah riya’. Yang seperti ini maka terbagi dalam dua kondisi:
a.Jika bagian akhir ibadah tersebut tidak terikat atau tidak ada hubungannya dengan bagian awal ibadah, maka ibadah yang bagian awal sah sedangkan yang bagian akhir batal. Contohnya seperti yang disampaikan yaitu seseorang bershadaqah dengan ikhlash sebesar 100 ribu, kemudian dia melihat di dompet masih ada sisa, lalu dia tambah shodaqahnya 100 ribu kedua namun dicampuri riya. Nah dalam kondisi ini, 100 ribu pertama sah dan berpahala sedangkan 100 ribu yang kedua gugur.
b.Jika bagian akhir ibadah tersebut terikat atau berhubungan dengan bagian awalnya maka hal ini juga terbagi dalam dua keadaan:

Kalau pelakunya melawan riya’ tersebut dan sama sekali tidak ingin terbuai serta berusaha bersungguh-sungguh untuk tetap ikhlash sampai ibadahnya selesai, maka bisikan riya’ ini tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap nilai pahala ibadah tersebut. Dalilnya adalah sabda Nabi:
“Sesungguhnya Allah memaafkan umatku akan apa yang terbersit di benaknya selama hal itu belum dilakukan atau diucapkan.” (HR Al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Contohnya adalah seseorang yang sholat dua rakaat dan sejak awal ia ikhlas karena Allah semata. Pada rakaat kedua terbersitlah riya di hatinya lataran dia sadar ada orang yang sedang memperhatikannya. Namun ia melawannya dan terus berusaha agar tetap ikhlash karena Allah semata. Nah yang demikian ini maka shalatnya tidak rusak insya Allah dan dia tetap akan mendapatkan pahala sholatnya.
Pelakunya tidak berusaha melawan riya’ yang muncul bahkan larut dan terbuai di dalamnya. Yang demikian ini maka rusak dan gugur pahala ibadahnya. Contohnya adalah seperti yang disebutkan yaitu seseorang shalat maghrib ikhlash karena Allah semata. Di rakaat kedua muncul lah riya’ di hatinya. Nah kalau dia ini hanyut dalam riya’nya dan tidak berusaha melawan maka gugurlah sholatnya.
3.Riya tersebut muncul setelah ibadah itu selesai dilaksanakan. Yang demikian ini maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap ibadahnya tadi.
Namun perlu dicatat, jika apa yang dilakukan adalah sesuatu yang mengandung benih permusuhan seperti misalnya al-mannu wal adzaa dalam bershadaqah, maka yang demikian ini akan menghapus pahalanya. Allah berfirman:
Artinya : “Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak berimana kepada Allah dan hari kemudian.” (Al-Baqarah: 264)

Bukan termasuk riya’ seseorang yang merasa senang apabila ibadahnya diketahui orang lain setelah ibadah itu selesai ditunaikan. Dan bukan termasuk ke dalam riya juga apabila seseorang merasa senang dan bangga dalam menunaikan suatu keta’atan, bahkan yang demikian ini termasuk bukti keimanannya. Nabi bersabda: “Barangsiapa yang kebaikannya membuat dia senang serta kejelekannya membuat dia sedih, maka dia adalah seorang mu’min (sejati).” (HR. At-Tirmidzi dari Umar bin Khaththab)
Dan Nabi pernah ditanya yang semisal ini kemudin bersabda: “Yang demikian itu merupakan kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mu’min.” (HR. Muslim dari Abu Dzar).

Definisi Nifaq
Menurut bahasa:
“Nafiqaa”: salah satu lobang tempat keluarnya yarbu (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, dimana jika ia dicari dari lobang yang satu, ia akan keluar dari lobang yang satunya.
“Nafaq”: lobang tempat bersembunyi
Menurut syara’: menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.
Jenis Nifaq
a) Nifaq I’tiqadi (keyakinan)
Ada 4 macam:
1. Mendustakan Rasulullah atau mendustakan sebagaian dari apa yang beliau bawa
2. Membenci Rasulullah atau membenci sebagian apa yang beliau bawa
3. Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah
4. Tidak senang dengan kemenangan agama Rasulullah
b) Nifaq Amali (Perbuatan)
Perbedaan antara Nifaq besar dan Nifaq kecil
1. Nifaq besar : Mengeluarkan pelakunya dari agama Islam
Nifaq kecil : Tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam
2. Nifaq besar : Berbedanya yang lahir dgn yang bathin dalam hal keyakinan
Nifaq kecil : Berbedanya yang lahir dengan yang bathin dalam hal perbuatan
3. Nifaq besar : Tidak terjadi dari seorang mu’min
Nifaq kecil : Bisa terjadi dari seorang mu’min
4. Nifaq besar : Pada ghalibnya pelaku nifaq besar tidak bertaubat
Nifaq kecil : Pelakunya dapat bertaubat kepada Allah, sehingga Allah menerima taubatnya
Definisi Syirik
Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Umumnya menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah, yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah disamping berdo'a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo'a dan sebagainya kepada selainNya.
Karena itu, barangsiapa menyembah selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar"[ Luqman: 13]
Allah tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepadaNya, jika ia meninggal dunia dalam kemusyrikannya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar".[An-Nisaa': 48]
Surga-pun Diharamkan Atas Orang Musyrik.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun"[ Al-Maa-idah: 72]
Syirik Menghapuskan Pahala Segala Amal Kebaikan.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
"Artinya : Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan" [Al-An'am: 88]
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-Nabi) sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi" [Az-Zumar: 65]
Orang Musyrik Itu Halal Darah Dan Hartanya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : ...Maka bunuhlah orang-orang musyirikin dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian..."[At-Taubah: 5]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq melainkan Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka telah melakukan hal tersebut, maka darah dan harta mereka aku lindungi kecuali dengan hak Islam dan hisab mereka ada pada Allah Azza wa jalla"
Syirik adalah dosa besar yang paling besar, kezhaliman yang paling zhalim dan kemungkaran yang paling mungkar.
JENIS-JENIS SYIRIK
Syirik Ada Dua Jenis : Syirik Besar dan Syirik Kecil
• Syirik Besar
Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dan belum bertaubat daripadanya.
Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap sesuatu selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat.
Syirik Besar Itu Ada Empat Macam
a. Syirik Do'a, yaitu di samping dia berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, ia juga berdo'a kepada selainNya.
b. Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu ibadah untuk selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
c. Syirik Ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah
d. Syirik Mahabbah (Kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaan.
• Syirik Kecil.
Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik besar.
Syirik Kecil Ada Dua Macam
a. Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan nama selain Allah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik"
Qutailah Radhiyallahuma menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik. Kamu mengucapkan: "Atas kehendak Allah dan kehendakmu" dan mengucapkan: "Demi Ka'bah". Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan para Shahabat apabila hendak bersumpah supaya mengucapkan, "Demi Allah Pemilik Ka'bah" dan mengucapkan: "Atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu"
Syirik dalam bentuk ucapan, yaitu perkataan.
"Kalau bukan karena kehendak Allah dan kehendak fulan"
Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah.
"Kalau bukan karena kehendak Allah, kemudian karena kehendak si fulan"
Kata (kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.
b. Syirik Khafi (Tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya' (ingin dipuji orang) dan sum'ah (ingin didengar orang) dan lainnya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. "Mereka (para Shahabat) bertanya: "Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?" .Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Yaitu riya'"
Definisi Sombong
SOMBONG berarti terasa kelebihan dan kehebatan yang ada pada diri sendiri, kemudian ditambah dengan sifat suka menghina dan merendahkan orang lain. Orang sombong memandang rendah manusia lain kerana berasakan sesuatu kelebihan yang ada pada diri mereka.
Begitulah sombongnya Iblis yang enggan sujud kepada Nabi Adam. Tidak cukup dengan kesombongannya kepada Allah, lalu ia menempelak: “Mana bisa aku bersujud kepada manusia, kerana aku dijadikan dari api yang mulia, sedangkan Adam dijadikan dari tanah yang hina.
Penyakit sombong akan menyerang sesiapa saja, baik lelaki atau perempuan, golongan bangsawan atau bawahan, berjawatan tinggi ataupun pengemis di jalanan.
Allah berfirman yang bermaksud:
“Aku akan belokkan dari keterangan-Ku, orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi, di luar kebenaran.” (Surah al-A’raaf, ayat 146)
Sombong yang paling keji ialah bersifat sombong terhadap Allah. Tercatat dalam al-Quran, antara manusia yang pernah sombong terhadap Allah ialah Namrud yang ingin memerangi tuhan, keduanya Raja Firaun yang pernah mengaku dirinya Tuhan.
Allah berfirman yang bermaksud:
“Sesungguhnya, orang yang menyombongkan dirinya dari menyembah Aku, akan masuk neraka jahanam dengan kehinaan.” (Surah al-Mu’min, ayat 60)
Sombong yang kedua ialah bersifat sombong kepada Rasul dan ajarannya seperti tidak mengiktiraf rasul yang diutus Tuhan kerana kemiskinan dan kehinaan keturunan, seperti Firaun yang mengaku dan menganggap dirinya tuhan, tidak mengaku Nabi Musa rasul utusan Allah.
Begitu juga Abu Lahab serta kaum Quraisy yang enggan menerima Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman.
Oleh itu mari kita memeriksa diri, apakah kita sudah dijangkiti virus sombong ini atau tanpa diketahui kita adalah salah seorang penghidap serius penyakit itu selama berpuluh tahun.
Iman Al-Ghazali menyimpulkan ada tujuh cara untuk mengenali seseorang yang sedang dan sudah menghidap penyakit hati yang merbahaya ini :
Pertama, kelebihan seseorang kerana pengetahuan ilmunya, baik ilmu dunia atau ilmu akhirat. Apabila ilmu sudah penuh di dada dia menganggap semua orang lain jahil belaka, semua orang buta dan jika ada pandangan yang bernas tetapi tidak diterimanya.
Orang sombong seumpama ini, menghendaki dirinya selalu dihormati oleh orang lain terutama ketika di khalayak ramai, oleh anak muridnya dan orang bawahannya serta sentiasa meminta diberi layanan mulia.

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Tidak akan masuk neraka, orang yang di dalam hatinya ada seberat sebiji sawi darinya iman, dan tidak akan masuk syurga yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi darinya sombong.” (Hadis riwayat Muslim dan Abu Daud)
Keduanya kerana kelebihan beribadat seseorang. Penyakit orang ahli abid yang merasa diri mereka terlalu banyak beribadat berbanding dengan orang lain sehingga menganggap orang lain tidak mampu beribadat seperti mereka.
Sedangkan mereka terpedaya dengan tipu daya syaitan. Rasulullah SAW mengingatkan melalui sabda Baginda yang bermaksud:
“Bahawa siapa yang memuji dirinya sendiri atas suatu amal salih, bererti sudah tersesat daripada mensyukurinya, dan gugurlah segala amal perbuatannya.”
Jika kita bersifat seperti ini, menghina orang yang tidak bersembahyang atau apabila orang mengerjakan maksiat, lantas menggelengkan kepala dan terdetik di dalam hati, “Apa nak jadi dengan kamu semua. Mengapa tidak alim dan warak seperti aku,” maka kita adalah dalam kategori orang yang berpenyakit sombong. Oleh itu, bersegeralah bertaubat atas kejelekan akhlak.
Perkara ketiga yang membuatkan kita sombong ialah kerana ego memperkasakan keturunan, bangga kita berketurunan mulia lagi bangsawan, suka menyebut nama datuk nenek moyang kita yang dulunya dikatakan keramat atau hebat.
Sifat sombong seperti ini tidak ubah seperti kaum Bani Israel yang dilaknat Tuhan, seperti termaktub dalam al-Quran. Mereka bangga dengan keturunan mereka yang banyak menjadi nabi ikutan, konon keturunan mulia dikasihi tuhan.
Mereka rakus melakukan apa saja termasuk membunuh golongan lemah kerana keegoan menganggap orang lain tidak semulia mereka. Seandainya kita zalim, bangga dengan status keturunan, maka kesombongan itu sama dengan kesombongan kaum Bani Israel yang dilaknat tuhan.
Perkara keempat menjadikan kita beroleh sombong ialah kerana berasa diri cantik dan sempurna malah memandang orang lain dengan hina, seperti merendah-rendah ciptaan Allah hingga sanggup menyindir atau memberi gelaran tidak baik seperti pendek, berkulit hitam atau gemuk.
Sifat sombong kelima berpunca daripada kelebihan harta diberi Allah membuat kita lupa daratan, berbangga dengan kekayaan yang ada, rumah besar, kereta mewah hingga memandang rendah orang yang kurang berada.
Keenam, sombong kerana kekuatan dan kegagahan diri. Semua orang akan dibuli kerana kuatnya badan kita tidak terperi, hingga boleh memakan kaca seperti mengunyah. Boleh menarik bas dan lori hanya dengan gigi. Boleh dihempap badan dengan batu dan besi.
Akhirnya yang ketujuh kata Imam Ghazali, ialah sombong dan berbangga kerana ramainya pengikut setia di belakang diri, sepertinya orang alim berbangga dengan ramainya murid yang memuji. Guru silat pula berbangga dengan ramainya murid yang tidak lut ditetak dan dijilat api.
Justeru, hendaklah memeriksa diri sama ada tujuh perkara yang membawa kepada penyakit sombong ada pada kita atau tidak. Penawarnya ada di tangan sendiri kerana penyakit sombong hanya akan memakan diri.
Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud:
“Orang yang sombong, keras kepala dan takbur, akan dikumpulkan pada hari kiamat, dalam bentuk semut yang kecil, yang dipijak mereka oleh manusia, kerana hinanya mereka pada Allah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Abu Hurairah).


farkhatun awaliyah



Rukun Iman (Iman Kepada Allah)

 


Pengertian Iman kepada Allah swt
Iman secara bahasa yaitu meyakini . Secara istilah iman yaitu meyakini dalam hati diucapkan dengan lisan dan di buktikan dengan amal perbuatan .
Iman kepada Allah swt , yaitu  Meyakini dengan sepenuh hati , dengan lisan dan perbuatan bahwa Allah swt itu ada dengan sifat – sifat kesempurnaan Nya sebagai tuhan .
Perbuatan nyata dari rasa iman yaitu meyakini Nya serta tunduk dan patuh dengan perintah Nya . Orang yang seperti ini di sebut dengan mukmin .Sedangkan orang yang tidak mau beriman dan tunduk terhadap perintah Allah swt tergolong orang kafir .
adversitemens
Dasar iman yang selanjutnay yaitu Allah menyuruh kita untuk beriman kepada malaikat , kitab , rasul , hari akhir dan qada/qadar . Jadi jumlah rukun iman yaitu ada 6 .
Dalil naqli tentang rukun iman yaitu terkandung di dalam QS. An- nisa Ayat 136
Sifat Wajib ,Mustahil dan jaiz bagi Allah
  1. Sifat wajib bagi Allah awt
Sifat wajib bagi Allah swt yaitu sifat – sifat yang pasti ada pada Allah swt  dan mustahil jika tidak ada bagiNya .
Sifat – sifat wajib bagi Allah yaitu ada 13 :
§  Wujud
Wujud artinya ada. Jadi Allah swt itu ada , akan tetapi tidak berwujud seperti halnya ciptaan Nya.
Hal ini dijelaskan di dalam QS.Al- A’raf ayat 143 :
adversitemens


Dari kandungan surah di atas di jelaskan bahwa wujud Allah swt bersifat gaib danmanusia tidak dapat melihat dengan mata seperti halnya melihat wujud sesama manusia .,Hal ini juga di jelaskan dalam sebuah dalil dalam QS.AL-An’am ayat 103 :


§  Qidam

Sifat Allah yang ke dua yaitu Qidam yang artinya terdahulu .
§  Baqa
Allah swt bersifat Baqa’ yang artinya kekal . Dasar hal ini terkandung dalam QS. AR-Rahman ayat 26,27 :
§  Mukhalafatul lil hawadisi
Mukhalafatul lil hawadisi artinya yaitu Allah swt berbeda dengan mahluknya . Dalil naqli yang menjelaskan terdapat dalam QS.Asy -syura ayat ayat 11 :
§  Qiyamuhu binafsihi
Qiyamuhu binafsihi yaitu berarti berdiri sendiri . Dalil nqli yang mendasari yaitu terdapat dalam QS.Al- Isra ayat 111:
§  Wahdaniyah
Wahdaniyah yaitu maha esa .Dalil naqli tentang hal ini yaitu terkandung dalam QS.An- Nahl ayat 51:
§  Qudrat
Allah swt juga memiliki sifat qudrat yang artinya berkehendak . Dasar hal ini yaitu terkandung dalam QS.Ali Imran ayat 26 :
Artinya :
§  Iradat
Iradat berarti berkehendak . Firman Allah yang mendasari yaitu terkandung dalam QS.YASIN ayat 82 :
§  Ilmu
Ilmu berarti mengetahui .  Hal ini di jelaskan dalam QS. Al – Hujurat ayat 16 :
§  Hayat
Hayat artinya hidup . Suirah yang mendasarinya yaitu terkandung dalam QS. Al- Baqarah ayat 255 :
§  Sama’
Sama’ berarti mendengar . Yang mendasarinya yaitu terkandung dalam QS. Al-Anbiya ayat 4:
§  Bashar
Bashar berarti melihat . Dalil naqli yang menjelaskan terkandung dalam QS. Ibrahim ayat 38 :
§  Kalam
Kalam berarti berfirman . Dalil yang meladasinya yaitu QS. An – Nisa ayat 164 :
2. Sifat Mustahil bagi Allah swt
Sifat mustahil bagi Allah Swt yaitu sifat – sifat yang tidak ada pada Allah swt .
Sifat – sifat Mustahil bagi Allah swt :
§  Adam , artinya tidak ada .
§  Hudust , artinya baru .
§  Fana , artinya rusak binasa .
§  Mumatsalatul lil hawaditsi , artinya sama dengan mahluknya .
§  Ihtiyajulighairihi , artinya membutuhkan pada lainnya .
§  Ta’addud , artinya berbilang .
§  Ajzun , artinya lemah .
§  Karohun , artinya terpaksa .
§  Jahlun , artinya bodoh .
§  Mautun , artinya mati .
§  Summun , artinya tuli .
§  Umyun , artinya buta .
§  Bukmun , artinya bisu .
3. Sifat Jaiz Bagi ALLAH SWT
Sifat jaiz bagi Allah swt yaitu sifat yang mungkin Allah swt mengerjakannya atau meninggalkannya . Sifat jaiz bagi Allah swt hanya ada satu yaitu :” FI’LU KULLI MUMKININ AU TARKUHU ” yang memiliki arti  Allah swt  berwenang untuk berbuat dan menciptakan sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak Nya .
Demikian penjelasan mengenai Pengertian Iman kepada Allah swt . Semoga setelah kita mengetahui dan memahaminya semoga kita menjadi lebih mantap lagi untuk beriman kepada Allah swt . Serta taat menjalankan semua perintah Allah swt  .

Minggu, 06 November 2016

MATERI AKIDAH AKHLAK IMAN KEPADA RASUL ALLAH

IMAN KEPADA RASUL ALLAH
Standar Kompetensi
Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan pengertian beriman kepada Rasul Allah
2. Menyebutkan nama dan sifat-sifat Rasul Allah
3. Meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW
A.    Pengertian Iman kepada Rasul Allah SWT
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar benar utusan Allah SWT yang di tugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.
Pengertian rasul dan nabi berbeda. Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah SWT untuk dirinya sendiri dan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan kepada umatnya. Nabi adalah manusia pilihan yang di beri wahyu oleh Allah SWT untuk dirinya sendiri tetapi tidak wajib menyampaikan pada umatnya. Dengan demikian seorang rasul pasti nabi tetapi nabi belum tentu rasul. Meskipun demikian kita wajib meyakini keduanya.
Firman Allah SWT :
“Dan kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan.Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS. Al An’am 6 : 48)
B. Nama Nama Rasul Allah Dan Sifat Sifatnya
Rasul rasul yang wajib diimani berjumlah 25 orang:
1. Adam As                                      14. Musa As      
2. Idris As                                        15. Harun As     
3. Nuh As                                         16. ZulkiFli As 
4. Hud As                                        17. Daud As   
5. Sholeh As                                     18. Sulaiman As
6. Ibrahim As                                   19. Ilyas AS
7. Luth As                                        20. Ilyasa As   
8. Ismail As                                      21. Yunus As
9. Ishaq As                                       22. Zakaria As
10. Yaqub As                                   23. Yahya As
11. Yusuf As                                    24. Isa As
12. Ayub As                                      25. Muhammad Saw
13. Syu’aib As
 Seluruh rasul mempunyai sifat yang sangat terpuji dan terhindar dari sifat-sifat tercela. Sifat-sifat terpuyji yang harus dimiliki rasul disebut sifat wajib rasul, sedangkan sifat-sifat tercela yang tidak mungkin ada pada diri rasul disebut sifat mustahil para rasul.
Sifat wajib ada 4 antara lain :
1. Sidiq            : berkata benar
2. Amanah     : dapat dipercaya
3. Tabligh       : menyampaikan
4. Fathonah   : cerdik,pandai
Sedang sifat mustahil bagi rasul yaitu :
1. Kizib           : berkata bohong
2. Khianah       : tidak dapat dipercaya
3. Kitman        : menyembunyikan
4. Baladah       : bodoh
C. DALIL –DALIL TENTANG IMAN KEPADA RASUL ALLAH SWT
1. Allah mengutus rasul sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan
“Sesungguhnya kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan”(Fathir : 24)

“Wahai nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.”(Al-Ahzab: 45)
2. Allah mengutus rasul sebagai suri tauladan
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi yang mengharab rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21 )
3. Allah mengutus seorang rasul kepada setiap umat
“Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (Fathir : 24 )
D. Rasul Ulul Azmi
Rasul ulul azmi adalah utusan Allah yang memiliki kesabaran dan ketabahan yang luar biasa dalam menyampaikan risalah kepada umatnya.
Diantaran 25 nabi dan rasul, ada rasul yang di beri gelar ulul azmi, yaitu :
1. Nabi Nuh As
2. Nabi Ibrahim As
3. Nabi Musa As
4. Nabi Isa As
5. Nabi Muhammad SAW
E. Fungsi Iman Kepada Rasul Allah SWT
1. Bertambah iman kepada Allah SWT dengan mengetahui bahwa rasul benar-benar manusia pilihan  Allah
2. Mau mengamalkan apa yang disampaikan para rasul
3.Mempercayai tigas-tugas yang dibawanya untuk disampaikan kepada umatnya 
4. Lebih mencintai dan menghormati rasul atas perjuangannya.